Senin, 24 Mei 2010

mortar magic : why is sea water salty taste.


WAYANG
WAYANG
 Cerita Renungan




why is sea water salty taste                                                                        
mortar magic:
Mengapa air laut rasanya asin

Di sebuah negeri, terdapatlah suatu desa yang mengalami kekeringan berkepanjangan. Desa yang semula subur, kini menjadi tandus, sehingga tanaman sulit tumbuh. Desa ini memiliki lautan yang luas, namun tidak satu buah perahupun dimiliki, Memang ada sebuah perahu berlabuh di tepi pantai, namun bukan milik penduduk, tetapi milik seorang tengkulak. Sedangkan orangnya suka acuh tak acuh dengan keadaan warga sekelilingnya. Kelihatan ia seperti bahagia melihat para tetangganya  yang payah dan miskin.

Dalam suasana yang sedemikian, muncul lah seorang pemuda. Pemuda ini bernama Jaka Wasis, seorang pemuda tampan, dan murah senyum. Ia seorang pemuda yang suka bekerja keras. Kini ia sedang mengembangkan tambak disekitar rumahnya. Ini dilakukan untuk mengamalkan pengetahuan yang didapat di daerah lain.

Beberapa malam ini Jaka Wasis selalu ber mimpi bertemu dengan seorang kakek kakek, yang serba putih, rambut putih, jenggot panjang putih dan pakaian dan sarung yang dipakai juga putih warnanya. Ia kelihatannya seorang pertapa  sakti. Pemuda yang merasa dipanggil lewat mimpinya,  berpamitan pada ibunya, untuk mencari kakek itu. Ibunya yang bernama mbok Wening memberikan doa restunya agar Jaka Wasis berhasil usahanya, dan selamat dalam perjalanan.

Setelah beberapa hari  perjalanan, sampailah ia di tengah  hutan.  Ia bertemu dengan seorang puteri peri. Puteri peri memberitahukan, bahwa di balik gunung itu ada sebuah danau. Danau itu akan mengantarkannya ke sebuah goa. Dan di goa itu dijaga oleh  sekor naga.

Semua rintangan atau halangan selama dalam perjalanan menuju danau, semua dapat diatasi oleh Jaka Wasis. Kini ia telah memasuki goa yang kelihatan mengerikan. Kedatangan pemuda di goa itu, dicegat oleh seekor ular naga.

Pemuda itu ketakutan, untunglah kakek yang hadir dalam mimpinya datang menolong. Ketika kakek datang, nagapun lenyap. Kelihatannya ular naga itu jelmaan kakek. Kakek kemudian menunjukkan sebuah benda ajaib. Sebuah lumpang besi dengan alu. Pemuda itu bingung untuk apa lumpang itu. kakek menjelaskan bahwa, lumpang  ini bukan alat penumbuk sembarangan. Alat penumbuk ini bisa memenuhi segala permintaan apa saja, asal  bisa membuat kemaslahan bagi orang lain. Setelah memberikan penjelasan  tentang khasiat, dan manfaat benda ajaib itu, kakek berjenggot lebat itupun menghilang. Seperti dalam mimpi mimpi Jaka Wasis sebelumnya.

Pemuda itu pulang dengan membawa lumpang besi beserta alunya. Setelah berjalan dua tiga hari  kemudian, sampai pula lah ia kembali kerumahnya.Kepulangannya disambut ibunya dengan perasaan haru.

Ibunya bercerita, bahwa sudah tiga kali ini, ibunya didatangi oleh pak Kerta,  menagih utangnya. Pak Kerta adalah tetangga di desa itu, ia seorang yang "suka menolong". Banyak orang yang ditolongnya, banyak orang dikasih pinjaman, tetapi, apa kemudian yang terjadi?….. bunganya berlipat lipat ganda. Walaupun sudah  diangsur, tetapi jumlah utangnya tidak pernah berkurang.

Itulah sebabnya, Pemuda bernama Jaka Wasis pergi menemui kakek yang ada dalam impiannya, untuk  mencari jalan agar desanya terlepas dari bahaya kemiskinan dan  sekaligus dapat memakmurkan desanya.

MbokWening masih merasa  ketakutan. ia tidak memiliki uang atau sepotong barang perhiasan untuk membayarnya. Waktu itu ia juga diancam oleh Pak Kerta, kalau sampai besok pagi tidak bisa membayar, maka sawah dan rumahnya akan menjadi milik Pak Kerta. Pemuda itu menenangkan hati ibunya.

Jaka Wasis menceritakan kalau dirinya telah mendapatkan lumpang ajaib. Kemudian mereka mencoba meminta makanan, tiba tiba makananpun datanglah. Tetapi lumpang itu tetap menumbuk terus menerus, seningga makanan pun terlalu banyak untuk mereka. Karena paniknya, pemuda itu mengambil tanah dan memasukannya ke dalam alat penumbuk.Ajaib lumpangpun berhenti menumbuk. Rupanya kakek tadi hanya memberikan lumpang ajaib kepada Jaka Wasis, tetapi  tanpa memberitahu cara cara pemakaiannya. Kakek itu rupanya tahu kepandaian Jaka Wasis, sehingga Jaka Wasis dibiarkan sampai mengerti sendiri bagaimana cara lumpang  itu bekerja dan berhenti.

Keesokan harinya Jaka Wasis melaporkan keberadaan Lumpang ajaib pada pak Lurah.Dengan di saksikan segenap warga, Pak Lurah memberi tahu adanya lumpang ajaib didesanya. lumpang ajaib itu telah diserahkan untuk kemakmuran desanya. Adanya lumpang ajaib di tangan yang tepat, maka desa itu sekarang sudah makmur. Tiap bulan warga di desa itu mendapat bantuan beras dari mbok Wening. Mbok Wening dan anaknya Jaka Wasis dan dibantu puteri pak lurah, Endang Sulastri. melayani dengan senang hati. Mereka juga  memberikan sarana kerja bagi penduduk desa. Kini desa itu telah memiliki beberapa perahu penangkap ikan. Dan tambak pun telah berkembang.Seluruh penduduk warga desa merasa bahagia dan sejahtera. Pak Lurah merasa bangga memiliki warganya yang dapat berbuat banyak. Desa yang sebelumnya melarat, kini sudah gemah ripah, kerta raharja. Semua bahagia, kecuali Pak Kerta dan kawanan nya. Pak Kerta dihinggapi sakit iri hati dan dengki. Karena dengan makmurnya warga, maka usaha utang piutang  kepada warga, tidak akan laku lagi. apalagi utang warga padanya pun sudah di bayar lunas. Sehingga Pak Kerta tidak lagi dibutuhkan mereka. 

Kemakmuran desa semakin pesat. Sampai sampai, warga seperti telah  melupakan lumpang ajaib. Saking makmurnya desa itu maka lumpang ajaib hampir hampir sudah tidak digunakan lagi.  

Kesempatan baik bagi pak Kerta dan kawanannya, untuk mendapatkan  alat penumbuk ajaib  yang dimiliki mbok Wening dan Jaka Wasis anaknya.Mereka mengintip dari lobang dinding rumah mbok Wening.Pak Kerta berkhayal ingin minta emas berlian sebanyak banyaknya dari lumpang ajaib. Mereka menganggap Jaka Wasis dan ibunya sebagai manusia bodoh. Karena mereka hanya memikirkan orang lain , tidak mau memikirkan dirinya saja.Sehingga mereka tetap miskin. Mengapa mereka tidak minta barang perhiasan intan berlian. Memang mereka orang paling  bodoh, yang pernah ia jumpai/

Kebetulan sekali, malam ini Mbok Wening dan anaknya, sedang kehabisan garam untuk makan malamnya. Malam hari tak ada yang jual garam, kecuali di pasar pagi.  Mereka mengeluarkan lumpang itu. Jaka Wasis meminta kepada lumpang ajaib: “Lumpang ajaib, berikan aku sedikit garam”. Tiba tiba, lumpang ajaib menumbuk dan mengeluarkan garam. Setelah dirasa cukup, di masukkannya segenggam tanah kedalam lubang lumpang ajaib, dan lumpang ajaib pun berhenti menumbuk. Setelah makan malam, mereka pun tertidur.

Kesempatan bagi pak Kerta dan kawanannya untuk mengambil lumpang ajaib.Mereka segera memasuki rumah mbok Wening dan mereka berhasil membawa lari lumpang itu. Namun ada beberapa warga melihat perbuatan mereka, mereka mengejarnya. Kawananan pencuri itu menuju laut, dan benarlah mereka telah menyiapka perahunya, dan mereka telah berlayar menuju lautan luas. Mbok Wening dan Jaka Wasis, mengetahui pada keesokan harinya. Memang lumpang ajaib sudah tidak ada di rumahnya. Lumpang ajaib miliknya,memang benar benar telah lenyap. Tetapi mbok Wening dan anaknya, Jaka Wasis, telah merelakannya.

Diceritakan di tengah lautan, pak Karta dan kawanannya berpesta pora, untuk merayakan   keberhasilan mereka, merebut lumpang ajaib dari kampung mbok Wening. Makanan telah siap dan mereka pun menyantap ramai ramai. Sayang masakannya tidak enak karena mereka lupa membawa garam.  Masakannya hambar karena tidak diberi garam. Akhirnya Pak Kerta mengeluarkan lumpang ajaibnya, lalu memintanya ; “Lesung ajaib, beri aku garam”. Tiba tiba saja lumpang ajaib mengeluarkan garam banyak banyak, dan berlimpah limpah, tidak mau berhenti berhenti. “sudah sudah… stop stop, berhenti"…pinta pak Kerta. Tetapi lumpang ajaib tetab bekerja. Pak Kerta terkejut, ia jadi teringat waktu mengintip di rumah mbok Wening, melihat  Jaka Wasis  menghentikan lumpang ajaibnya,  agar berhenti menumbuk. Ia melihat dengan jelas, Jaka Wasis memasukkan segenggam tanah kedalam lumpang. Pak Kerta berteriak:“ tanah, tanah, mana tanahnya !!!”. Rupanya ia lupa tidak membawa tanah sedikitpun. Lagi pula tidak akan sempat, karena ia dikejar kejar warga. Lumpang ajaib terus bekerja mengeluarkan garam. Air laut disekelilingnya. sudah penuh garam. Kawanan Pak Kerta minta agar Pak Kerta membuang lumpang ajaib dari perahunya, namun Pak Kerta tidak mau membuangnya, karena ia belum mendapatkan emas berlian yang diinginkannya. Garam semakin menggunung, perahu semakin sarat dengan garam, Mereka minta tolong, namun tak ada orang lain yang datang menolong, yang ada cuma ikan ikan besar yang menghantam perahu itu. Perahu mereka terombang ambing serta  timbul tenggelam di dalam lautan. Sedangkan  lumpang ajaib jatuh ke dalam samudera yang yang dalam, dan tidak seorangpun bisa menemukannya lagi. Konon, didasar samudera, hingga sekarang ini lumpang ajaib masih saja menumbuk dan menumbuk, dan garam pun keluar terus menerus tanpa henti.Itulah sebabnya, mengapa air laut asin rasanya.

Sementara itu dibelakang perahu Pak Karta yang hampir tenggelam nampak beberapa perahu warga datang menyusul. Terserahlah anda saja yang meneruskan ceritanya, apakah mereka bisa menolong pak  Karta dan kawanannya apa tidak, dalam suasana alam yang tidak bersahabat.

Cerita ini pernah aku baca, ketika aku masih kecil. kira kira usia TK.  Waktu itu iseng iseng, buka bungkusan kacang goreng, terdapat gambar kapal karam dengan kepanikan para penumpangnya, dan kelihatan gambar lumpang besi itu sedang mengeluarkan garam yang berlimpah ruah.***


Diceritakan kembali oleh

wayang wayang